Kamis, 19 Januari 2012

SEJARAH RADAR DUNIA



Sejarah INSAR



Kata INSAR sebenarnya merupakan singkatan yang ‘bertingkat’. Dikatakan bertingkat karena singkatan INSAR itu sendiri terdiri atas tiga istilah pembentuknya, yaitu Interferometry, Synthetic Aperture Radar (SAR), dan Radar (Radio detection and Ranging)itu sendiri. Sejarah INSAR yang akan dibahas pada thesis ini akan didasarkan pada ketiga hal tersebut.
Sebelum dikenal istilah radar, RDF (Radio Direction Finder), dan merupakan teknologi yang dikembangkan oleh Inggris. Awalnya radar dikembangkan oleh pihak militer Inggris sebelum memasuki perang dunia ke-2, dan kemudian benar-benar diaplikasikan dalam perang dunia ke-2, terutama ketika melawan Jerman. Teknologi radar saat itu benar-benar sangat membantu inggris memenangkan perang melawan Jerman, padahal sebetulnya Jerman telah lebih dahulu mengenal teknologi penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi objek logam. Pada tahun 1941, RDF baru di ganti istilahnya menjadi yang kita kenal saat ini, radar yang merupakan akronim dari Radio Detection and Ranging.
Radar merupakan sistem yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk menentukan jarak, ketinggian, arah, beserta parameter-parameter turunan lainnya seperti kecepatan, perubahan kecepatan (percepatan), dan lain sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi radarpun semakin bertambah maju. Saat ini kemampuan radar sudah semakin bertambah banyak, seperti selain penggunaan yang sudah disebutkan dengan kualitas yang jauh lebih baik, radar juga mampu mengenali objek yang diamati sampai karakteristinya, seperti jenis bebatuan, kadar air, dan sebagainya. Aplikasi radar juga semakin bertambah luas, bukan hanya dalam bidang militer, namun juga merambah kebidang geologi, geofisika, geodesi, kedokteran, ilmu lingkungan, astronomi, dan lain sebagainya.
Ada dua tonggak penting dalam kelahiran teknologi radar, yaitu ketika konsep-konsep dasar yang menjadi pondasi ilmu radar ditemukan. Yang pertama adalah pada tahun 1873, dimana pada saat itu James Clerk Maxwell berhasil merumuskan persamaan tentang elektromagnetisme dalam bukunya “Treaties on Electro and Magnetism”. Dan yang kedua adalah pada tahun 1886, ketika Heinrich Hertz melakukan experimennya. Pada experimennya itu, ia berhasil memproduksi dan mendeteksi gelombang radio yang diketahui parameter-parameternya untuk pertama kali. Dan yang lebih penting lagi, pada percobaan tersebut, ia juga menemukan fakta bahwa gelombang-gelombang yang dipancarkan tersebut dipantulkan juga disebarkan oleh objek yang dikenainya (Buderi, 1996, dalam Hanssen).
Ada beberapa inventor, ilmuwan, dan insinyur yang berkontribusi besar dalam tahap perkembangan awal teknologi radar ini. Orang pertama yang menggunakan gelombang radio untuk mendeteksi keberadaan objek logam yang jauh adalah Christian Hülsmeyer (Wikipedia), yang pada tahun 1904 mendemonstrasikan kemampuan mendeteksi keberadaan kapal dalam kondisi kabut yang sangat berat, namun saat itu belum dapat menentukan jarak dari sensor ke kapal tersebut (www.radarworld.org). Alat tersebut dapat mengenali objek dalam jarak 3000 meter. Kemudian pada tahun yang sama (Bulan April 1904), dia mendapatkan paten dari Reischspatent dengan Nomor Nr.165546 untuk alat sistem radar yang dibuatnya, kemudian dia mematenkan kembali teknologi radarnya yang sudah ia perbaiki (terkait penentuan jarak) tidak lama setelahnya dengan nomor paten 169154.
Pada tanggal 30 April 1904, Christian Hülsmeyer menerapkan patennya pada alat sistem radar berikutnya yang dinamai ‘telemobiloscope’. Ia melakukan penelitian ini di Dusseldorf Jerman. Alat ini merupakan sistem radar yang mengintegrasikan transmitter dan receiver gelombang elektromagnetik, yang digunakan untuk mendeteksi benda logam di kejauhan. Alat ini kemudian didesain sebagai sistem anti tabrakan pada kapal-kapal besar seperti kapal perang, dan bekerja dengan sangat baik. Ia juga kemudian mematenkan hasil temuannya ini pada tangga 22 September 1904.
Perkembangan radar berikutnya memasuki babak baru pada tahun 1917. Ketika itu, pada bulan Agustus 1917, Nikola Tesla, ilmuwan kelahiran Austria berkewarganegaraan Amerika, menemukan prinsip pertamanya terkait dengan level frekuensi dan kekuatan gelombang elektromagnetis yang digunakan pada prinsip-prinsip radar pertama (The Electrical Experimenter August 1916, dalam wikipedia). Dia menyatakan :
"[...] by their [standing electromagnetic waves] use we may produce at will, from a sending station, an electrical effect in any particular region of the globe; [with which] we may determine the relative position or course of a moving object, such as a vessel at sea, the distance traversed by the same, or its speed."
Sebelum perang dunia kedua, sebetulnya Inggris dan Jerman sama-sama mengembangkan teknologi radar modern bersama dengan Amerika, Perancis, dan Uni Soviet. Dari negara-negara yang disebut itu, Amerika, Inggris, dan Jerman merupakan tiga negara yang paling aktif dalam pengembangan teknologi radar. Tercatat, pada tahun 1934 sampai dengan 1936, merupakan tahun-tahun yang penuh dengan penemuan juga pengembangan radar yang sangat berarti. Pada tahun 1934, ilmuwan Perancis, Émile Girardeau menyatakan bahwa dirinya telah berhasil membangun sistem radar yang didasarkan pada pernyataan dan penemuan-penemuan Tesla. Émile kemudian mendapatkan paten atas temuannya tersebut pada tahun yang sama di Perancis, dengan nomor paten 788795, untuk sistem dual radarnya. Sistem temuannya ini kemudian banyak dipasang pada kapal perang milik Angkatan Laut Perancis pada tahun 1935. Pada tahun yang sama pula, ilmuwan Amerika bernama Dr. Robert M. Page menemukan sistem radar pulsa tunggal (monopulse radar), dan juga seorang ilmuwan militer dari Uni Sovyet, P.K. Oschepkov, bekerja sama dengan Leningrad Electrophysical Institute Uni Sovyet, menghasilkan perlengkapan RAPID yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi pesawat terbang dalam area dengan radius 3 kilo meter dari receiver (John Erickson, 1972, dalam Wikipedia). Kemudian, pada tahun 1936, seorang ilmuwan berkebangsaan Hunggaria, Zoltán Bay, berhasil merampungkan sebuah model radar di Labolatorium Tungsram.
Namun, dari beberapa negara maju saat itu yang mengembangkan teknologi radar, Inggrislah yang pertama kali secara penuh mengekspoitasi kegunaan teknologi tersebut untuk keperluan pertahanan negara dari serangan pesawat udara. Hal ini didorong oleh kabar yang menyebutkan bahwa Jerman pada saat yang bersamaan tengan mengembangkan sinar yang mematikan. Secara teori, terdapat kemungkinan adanya cahaya yang memancarkan gelombang tertentu sehingga dapat menimbulkan efek fatal seperti yang di ramaikan saat itu. Ilmuwan Inggris yang diminta meneliti tentang hal ini oleh Angkatan Udara Inggris kemudian menyimpulkan bahwa hal tersebut tidak dapat dilakukan secara nyata, namun mendeteksi pesawat terbang sangat dimungkinkan. Robert Watson-Watt kemudian mendemonstrasikan kemampuan sistem radarnya yang lebih baik dari negara-negara pesaingnya, dan mematenkannya pada tahun 1935 (British Patent GB593017)(www.patent-france.fr), dan berfungsi sebagai basis jaringan radar untuk mempertahankan Inggris dari serangan musuh.
Kemajuan penting lainnya dalam bidang radar, terutama terkait dengan INSAR adalah dengan ditemukannya cavity magnetron. Ini merupakan salah satu penemuan Inggris yang paling penting. Dengan ditemukannya cavity magnetron, maka dimungkinkan untuk membangun sistem radar yang kecil dengan pulsa yang pendek, energi pancar yang besar, dan gelombang dalam skala centimeter. Peningkatan teknologi radar yang signifikan sungguh dimungkinkan dari penemuan ini. Alat ini ditemukan pada bulan September 1940 oleh tim yang tergabung dalam sebuah labolatorium rahasia di Massachusetts Institute of Technology (MIT) (Hennsen 2001, dan wikipedia).
Walaupun pada awalnya teknologi radar lebih banyak digunakan untuk keperluan militer, namun perkembangan teknologi radar untuk meperluan sipil berkembang dengan sangat cepat setelah perang dunia ke-2. Bidang astronomi adalah bidang yang pertama memperoleh keuntungan dari teknologi ini. Sistem radar bumi terbukti sangat ideal untuk mempelajari benda-benda langit terutama planet dan satelitnya, seperti bulan, planet Mars, Planet Venus, bahkan juga matahari. Pada bulan Januari 1946, gelombang pantul dari bulan diterima untuk pertama kalinya. Kemudian pada tahun 1961 (planet Venus), dan pada tahun 1963 (planet Mars), juga berhasil di observasi dengan menggunakan antena radio-astronomi (Goldstein dan Gillmore, 1963 dalam Hanssen; Goldstein dan Carpenter, 1963 dalam Hanssen). Parameter-parameter yang ditentukan waktu itu adalah kecepatan, delay waktu, dan intensitas untuk berbagai macam polarisasi (Goldstein, 1964, 1969 dalam Hanssen). Percobaan pertama membawa teknologi radar ke luar angkasa dimulai pada tahun 1962 oleh Jet Propulsion (JPL) NASA. Observasi lunar radar oleh JPL dari Apollo 17 berhasil dilakukan pada tahun 1972.

Prinsip Radar
Gelombang elektromagnetik yang dipantulkan atau dihamburkan dari objek dengan besaran/konstanta dielektrik atau diamagnetik tertentu. Ini berarti sebuah objek padat di udara atau dalam ruang vakum, atau semua benda yang memiliki kepadatan atom yang signifikan antara objek tersebut dengan pemancar gelombang, biasanya akan memantulkan atau menghamburkan gelombang radar. Bahan-bahan yang bersifat menghantarkan listrik (konduktor), seperti logam dan fiber karbon. Hal ini membuat radar sangat cocok untuk mendeteksi keberadaan pesawat terbang dan kapal. Ada juga bahan-bahan yang menyerap gelombang radar, yaitu benda-benda yang memiliki sifat resistor, dan kangkala memiliki unsur magnetik. Bahan-bahan sepeti inilah yang digunakan oleh pihak militer untuk diaplikasikan pada kendaraan militer untuk mengurangi pantulan gelombang radar, sehingga keberadaannya tidak bisa dideteksi dengan menggunakan radar.
Gelombang radar terpantul dalam cara yang berbeda sesuai dengan panjang gelombang dan bentuk dari objek yang dikenainya. Jika panjang gelombang jauh lebih kecil daripada ukuran objeknya, maka pantulan dari gelombang radar tersebut akan mirip ketika cahaya dipantulkan oleh cermin. Jika yang terjadi sebaliknya, yaitu ukuran gelombang jauh lebih besar daripada ukuran objeknya, maka gelombang pantul tersebut akan terpolarisasi. Dalam kehidupan sehari-hari, efek dari polarisasi ini adalah efek yang membuat langit terlihat biru dan merah ketika matahari terbenam. Sistem radar yang pertama menggunakan panjang gelombang yang sangat besar, demikian besar hingga seringkali panjang gelombang tersebut lebih besar daripada objek yang dikenainya. Penggunaan gelombang seperti ini menghasilkan sinyal yang kabur. Sementara pada sistem radar modern, panjang gelombang yang digunakan jauh lebih pendek, dan panjangnya lebih kecil daripada objek yang ingin diamati.
           Pada sistem radar yang digunakan saat ini beroperasi pada frekuensi antara 220 MHz sampai dengan 35 GHz. Namun, beberapa sistem radar ada yang menggunakan frekuensi sampai 5 MHz, ada juga yang beroperasi sampai dengan frekuensi 94 GHz. Biasanya, semakin tinggi frekuensi yang digunakan, semakin tajam gelombang patul yang diterima, dan penentuan jarak serta lokasi dapat ditentukan lebih akurat.
        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar